RAGAM INFORMASI

TENTANG DUNIA PERSAPIAN

TRANSLATE

Berbagi Adalah "Koentjie" Pembuka Pintu Rejeki Usaha Sapi

Pondok Pesantren, meski terdiri dari dua kata, namun menunjuk pada satu pengertian. Pesantren menurut pengertian dasarnya adalah tempat belajar para santri, sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana. Di samping itu, kata pondok mungkin berasal dari Bahasa Arab Funduq yang berarti asrama atau hotel.

Pesantren sangat dekat dengan kehidupan berbangsa dan bernegara. Perjuangan memperebutkan kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari Peran Pesantren sebagai basis perjuangan, baik secara pemikiran maupun perang secara langsung. Pahlawan nasional juga tidak sedikit merupakan hasil kaderisasi di Pesantren, seperti Agus Salim, M. Natsir, Buya Hamka, dan jejeran Pahlawan nasional lainnya.

Tidak heran Pemerintah menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional, sebagai bentuk penghormatan terhadap peran Pesantren dalam mencetak Santri dalam proses berbangsa dan bernegara.

Sebagian besar Pesantren memiliki konsep Pesantren Tradisional yang memiliki banyak santri dan berbiaya murah (bahkan gratis). Pendanaan Pesantren sendiri berasal dari Donatur, Bantuan Pemerintah Pusat maupun Daerah, ataupun dari bisnis yang dijalankannya oleh pimpinannya sendiri.

Salah satu contohnya adalah Pondok Pesantren (Ponpes) Tahfizul Quran Wadi Mubarak di Desa Gareccing, Sinjai Selatan, sebuah kecamatan di Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan. Pimpinan dari Ponpes, Abd Salam, membagi hasil bisnis sapinya nya untuk mengelola dan mengembangkan Pondok Pesantren.

Di dunia sapi, Abd Salam bukan orang baru. Ia dan sejumlah kerabatnya sudah memelihara ternak sapi cukup lama. Namun seperti halnya peternak sapi yang lain, bisnisnya tidak bisa berkembang dengan baik karena terkendala pemasaran. Keuntungannya tidak bisa maksimal karena dibeli dengan harga murah oleh makelar sapi.

Untuk lepas dari jeratan tersebut, Abd Salam kemudian mencoba membuka akses ke sejumlah instansi pemerintah dan swasta yang ada di Kota Makassar. Awalnya hanya laku beberapa ekor untuk kebutuhan hewan kurban. Kemudian mulai berkembang ketika konsumen mulai menyukai kualitas daging sapi hasil ternaknya.

Abd Salam juga makin dipercaya oleh masyarakat sebagai pemasok sapi yang tidak hanya berkualitas baik tapi juga sehat. Abd Salam bahkan bisa mengirim sapi potong ke Makassar hingga 150 ekor tiap tahun, dengan Dengan total penjualan mencapai Rp1 miliar.

Semua itu berkat bibit unggul yang diberikan sebagai bagian dari program Bupati Sinjai, Andi Seto Asapa (ASA) untuk pengembangan ternak dan peningkatan kesejahteraan petani dan peternak di Sinjai. Serta kontrol dari petugas kesehatan hewan yang ada di setiap kecamatan.

“Siapa yang mencari nafkah halal guna menjaga dirinya dari meminta-minta, guna memenuhi kebutuhan keluarga, serta guna berbagi dengan tetangga, maka ia datang pada hari kiamat dengan wajah laksana bulan di malam purnama.” (HR Thabrani).

Sangat menginspirasi! 

Sumber: www.wartaekonomi.co.id