Wisata Naik Gerobak Sapi keliling Desa, Ayo Dicoba!

Gerobak sapi adalah salah satu kearifan lokal dari Indonesia. Gerobak sapi sudah ada sejak zaman dahulu,  digunakan untuk berbagai keperluan. Mulai dari alat angkut hasil bumi, hingga mengangkut persenjataan para pejuang. Kini gerobak sapi yang terbuat dari kayu, beratap anyaman daun aren dan beroda kayu yang terbalut plat besi, mulai jarang ditemukan. Fungsinya telah tergeser oleh kendaraan bermotor.

Padahal,  gerobak sapi termasuk alat transportasi yang ramah lingkungan. Kotoran yang dihasilkan oleh sapi yang menariknya pun bisa dijadikan pupuk organik untuk menyuburkan tanaman.

Dalam kultur budaya Jawa kusir gerobak sapi disebut “bajingan”, singkatan dari “bagusing jiwo angen-angening pangeran” yang artinya orang baik yang dicintai Tuhan. Seiring waktu, kata bajingan bergeser maknanya. Berawal dari waktu tempuh  yang tidak tentu karena jalannya memang lambat,  membuat calon penumpang dipaksa menunggu lama. Karena kesal, kata bajingan menjadi kata umpatan seperti sekarang ini, menunjuk kepada orang yang sering terlambat atau orang yang membuat  kesal.

Kini di Pedukuhan Jodog dan Karangasem, Kalurahan Gilangharjo, Kapanewon Pandak, Kabupaten Bantul, gerobak sapi menjadi cara untuk menarik wisatawan. Warga disini menawarkan wisata keliling desa menggunakan gerobak yang ditarik dua ekor sapi. Pengelola Jodog Karangasem Wisata (Jodogkarta) Tri Iswanto mengatakan, ide untuk berwisata menggunakan gerobak sapi bermula dari pemilik gerobak sapi yang kerap berkumpul di lapangan Jodog, setiap Minggu Pon.

Lantas daripada hanya sekadar berkumpul saja, mereka punya ide tersebut, karena banyak orang yang penasaran bagaimana  rasanya naik gerobak sapi. Apalagi sekarang ini gerobak sapi sudah tak lagi digunakan untuk mengangkut manusia ataupun barang, hanya menjadi barang pajangan  di rumah pemiliknya.

Wisata dengan gerobak sapi tergolong baru, karena dilaksanakan pada bulan Januari 2022 kemarin. Walaupun sebenarnya, sudah lama ingin di realisasikan, tapi terhalang pandemi sehingga dilarang oleh pemerintah daerah stempat. Setelah resmi diluncurkan, ternyata mendapat respon yang baik  dari masyarakat.

Untuk bisa naik gerobak sapi dikenakan tarif Rp70.00 untuk satu gerobak, bisa dinaiki lima orang dewasa atau tujuh orang anak-anak.Untuk rute dimulai dari Lapangan Jodog kemudian berkeliling di seputar Padukuhan Jodog dan Karangasem. Wisatawan akan disuguhi suasana dusun dan persawahan yang menyegarkan.

Durasinya sekitar 25 menit. Jika Pon lalu lintas padat seperti Minggu Pon akan dilewatkan jalan yang tidak macet. Ke depannya, wisata dengan gerobak sapi  tidak hanya bisa tersedia setiap Minggu Pon saja. Namun, bisa dinikmati kapan saja asal booking beberapa hari sebelumnya.

Pengunjung juga bisa bebas memilih rute yang akan ditempuh, termasuk mengunjungi sejumlah destinasi wisata yang tersedia, antara lain budidaya ikan hias, pandai besi, gunung cilik, termasuk petilasan.

Cara Memilih Pakan Ternak Sapi Agar Cepat Gemuk

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian (Kementan) telah membuktikan bahwa, salah satu cara ternak sapi cepat gemuk adalah memberikan daun tanaman lamtoro. Disamping bobotnya naik, kualitas daging yang dihasilkan juga meningkat. Baca selengkapnya...

Game Sapi PS2, Seru dan Menarik

Dalam kamus bahasa indonesia “game” diartikan permainan. Sesungguhnya, permainan adalah bagian dari bermain dan bermain juga bagian dari permainan, keduanya ini saling berhubungan. Karena menarik, Game terus tumbuh dan berkembang menjadi sebuah industri sampai saat ini, yang dikuasai oleh dua pasar besar yaitu video game dan game komputer. Baca selengkapnya...

Sentra Peternakan Rakyat Untuk Investasi Sapi Perah Jenis Milking Shorthorn

Kementerian Pertanian dibawah pimpinan Amran Sulaiman pernah mengeluarkan berbagai macam terobosan yang bertujuan untuk menyejahterakan rakyat Indonesia. Salah satunya adalah Sentra Peternakan Rakyat (SPR). Apakah yang dimaksud dengan Sentra Peternakan Rakyat, dan apa hubungannya dengan sapi perah jenis Milking Shorthorn? Baca selengkapnya...