RAGAM INFORMASI

TENTANG DUNIA PERSAPIAN

TRANSLATE

Kenali Gejala Penyakit Radang Usus Kronis Pada Sapi

Nama penyakit yang menyebabkan radang usus kronis pada sapi ini adalah Johne’s Disease.  Merupakan salah satu penyakit yang menjangkiti ternak sapi, baik sapi potong maupun sapi perah, yang dapat menyebabkan kematian. Penyakit yang juga umum disebut dengan nama Paratuberkulosis ini merupakan penyakit menahun yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium avium subsp.

Paratuberculosis atau biasa disebut MAP. Johne’s Disease ditularkan melalui makanan dan minuman oleh penderita Paratuberculosis sub-klinis. Gejala penyakit ini ditunjukkan lewat turunnya kondisi tubuh, membengkaknya intramadibular hingga terjadinya diare hebat.

Namun begitu, nafsu makan dan suhu tubuh sapi biasanya tetap normal. Karena perkembangan penyakit radang usus kronis yang lambat, sapi yang terkena Johne’s Disease biasanya baru menampakkan gejala penyakit ini pada usia dua hingga sepuluh tahun, walau infeksinya terjadi pada saat sapi tersebut baru lahir.

Gejala klinis ini biasanya terlihat setelah sapi melahirkan anak pertama atau kedua. Sapi yang terkena penyakit ini dapat menularkan penyakitnya melalui feses, dan berbahaya bagi hewan yang sering berinteraksi dengannya. Bahaya ini lebih besar pada anak sapi dibandingkan pada sapi dewasa, karena anak sapi lebih sensitif dibandingkan sapi dewasa.

Pada anak sapi, penularan penyakit radang usus kronis ini dapat terjadi melalui feses hewan sakit yang menempel pada puting susu induk atau pakan ternak yang tercemar feses yang mengandung MAP. Pada temuan di lapangan, didapatkan bahwa 90% sapi yang terinfeksi memperlihatkan kondisi fisik yang sehat. Karenanya, untuk mengetahui secara pasti apakah sapi mengidap Johne’s Disease atau tidak, perlu dilakukan pemeriksaan klinis yang diikuti dengan pengujian laboratoris yang meliputi pemeriksaan patologi, isolasi, dan identifikasi bakteri.

Berdasarkan gejalanya, Johne’s Disease terdiri dari 4 (empat) stadium, yakni:

  • Stadium 1;  Fase ini juga disebut sebagai fase diam, karena gejala sub-klinik tidak terdeteksi walaupun hewan sudah terinfeksi MAP. Fase ini biasanya terjadi pada anak sapi dan sapi muda.
  • Stadium 2; Fase sub-klinis. Fase ini biasa terjadi pada sapi muda yang lebih tua atau sapi dewasa. Dari luar, sapi nampak sehat. Namun sebenarnya mereka merupakan pembawa bakteri (carrier) yang sewaktu-waktu dapat menularkan penyakit itu pada hewan lain. Sapi ini memiliki banyak MAP pada kotorannya yang dapat dideteksi melalui kultur.
  • Stadium 3; Pada fase ini, sapi memperlihatkan gejala klinis berupa bentuk diare yang sangat cair (intermittent) dan berbau busuk. Selain itu, sapi juga memperlihatkan penurunan berat badan dan produksi susu. Pada fase ini, Johne’s Disease dapat dideteksi melalui uji serologi.
  • Stadium 4; Fase ini merupakan fase terakhir dari penampakan gejala Johne’s Disease. Pada fase ini, sapi menjadi sangat kurus. Sapi juga mengalami diare cair dan memperlihatkan adanya edema pada rahang bawah (bottlejaw) yang dapat berakibat fatal.

Johne’s Disease merupakan penyakit radang usus kronis yang biasanya resisten terhadap antibiotika dan terapi pengobatan lainnya. Sehingga dapat dikatakan tidak ada pengobatan yang efektif untuk penyakit ini. Karenanya, begitu sapi terdeteksi mengidap penyakit ini, rekomendasi yang diberikan biasanya adalah langsung memotong sapi tersebut untuk menghindari penularan kepada sapi lain di dalam peternakan. Setelah dipotong, sapi tersebut masih dapat dikonsumsi selama jaringan yang terserang penyakit dimusnahkan dengan cara dibakar.

Tidak adanya pengobatan efektif untuk penyakit radang usus kronis ini menjadikan pencegahan sebagai satu-satunya antisipasi yang dilakukan. Pencegahan terhadap penyakit ini dapat dilakukan dengan menjaga peternakan sapi, terutama kandang sapi, tetap bersih dan melakukan vaksinasi. Vaksinasi dapat dilakukan dengan vaksin inaktif atau vaksin aktif. 

Baca juga: Waspadai Sesak Nafas Akut Pada Sapi

Jika menggunakan vaksin inaktif (yang menggunakan bakteri Mycobacterium Paratuberculosis yang telah jinak), vaksin disuntikkan di bagian bawah kulit. Sedangkan jika menggunakan vaksin aktif, vaksin disuntikkan di bawah kulit leher. Pada anak sapi, vaksin disuntikkan saat anak sapi (pedet) tersebut berumur kurang dari satu bulan.

Demikian sekilas mengenai penyakit radang usus kronis pada sapi. 

  • Sejarah Sapi Belgian Blue yang Jadi Harapan Swasembada Daging

    Sejarah Sapi Belgian Blue tak jauh berbeda dari kisah pembiakan wagyu, sapi yang sangat terkenal dari Jepang. Bedanya, jika wagyu tenar berkat kandungan lemak putih atau marblingnya, maka Sapi Belgia ternar berkat otot menonjol bak binaragawan.

Cara Merawat Bayi Sapi (Pedet) Sebelum Dan Sesudah Kelahiran

Peternak harus memiliki kemampuan merawat bayi sapi (pedet) mulai dari kandungan hingga proses kelahiran. Karena, tingkat kematian anak sapi perah (pedet) cukup tinggi, bisa mencapai 10% dari jumlah kelahirannya dalam setahun. Jumlah ini bisa saja meningkat atau menurun. Semuanya tergantung dari kemampuan peternak sapi perah dalam memberikan perlakuan terbaik kepada pedet, mulai dari kandungan hingga kemudan lahir. Baca selengkapnya...

Jangan Sampai Merugi Akibat Salah Merancang Tempat Pakan Ternak Sapi

Perencanaan usaha adalah sebuah proses untuk menentukan tujuan, visi, misi, strategi, prosedur, kebijakan serta program dan anggaran yang dibutuhkan untuk menjalankan sebuah usaha tertentu. Dengan menentukan langkah penyusunan perencanaan usaha, bisnis sapi yang akan djalankan bisa berkembang dan meminimalisir kegagalan usaha. Baca selengkapnya...

Mengapa Mayoritas Sapi Untuk Kurban Dari Para Pejabat Adalah Jenis Limosin?

Warga Kecamatan Gantung sangat antusias menyaksikan sapi untuk kurban bantuan Presiden Jokowi yang dilaksanakan di masjid Alhikmah, tepatnya di Desa Lenggang, Belitung Timur. Bahkan beberapa diantaranya rela memanjat bangunan hanya untuk melihat melihat proses penyembelihan sapi jenis persilangan limosin-Madura tersebut. Baca selengkapnya...