Peralatan Canggih Untuk Mengawetkan Susu Karya Anak Bangsa

Apakah anda tahu persoalan yang mendera para peternak sapi perah tradisional selama berpuluh tahun? Tak lepas dari masalah daya tahan susu yang cuma 3 sampai 4 jam pada suhu ruang.  Saat berada di suhu kamar, susu hasil perahan memang sangat rentan terhadap pencemaran yang dapat menurunkan kualitas susu.

Kerusakan pada susu ini diakibatkan karena terbentuknya asam laktat hasil fermentasi laktosa oleh bakteri jahat seperti E.coli. Fermentasi ini menurunkan kualitas susu yang ditandai oleh perubahan rasa, aroma, atau bahkan warna.

Hadi Apriliawan, putera seorang peternak sapi perah, mendapat tantangan dari orangtuanya untuk membuat peralatan canggih yang bisa memperpanjang usia susu. Itu sebabnya setelah lulus SMA, Hadi memilih Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang, untuk melanjutkan jenjang pendidikannya.

Harapannya, ia dapat menjawab tantangan untuk mengawetkan susu yang kini menjadi obsesinya. Hadi memulainya dengan mencari-cari referensi yang mengulas tentang pengawetan. Sampailah ia ke sebuah buletin dari Jepang, yang membahas cara mengawetkan sushi dengan metode kejut listrik.

Dibantu oleh teman-temannya dari jurusan elektronik, kedokteran, dan nutrisi, ia mulai merangkai sebuah alat pasteurisasi susu dengan prinsip kerja meniru peralatan canggih yang digunakan untuk mengawetkan sushi, yang disebut sebagai metode pulsed electrical.

Selama 2 tahun ia terus melakukan uji coba. Dasar teorinya adalah lompatan proton dalam elektron. Pada saat dikejutkan dengan listrik, ada ion yang masuk ke dinding sel pada susu. Pada saat bertemu dengan bakteri jahat, ion tersebut akan memicu gelembung yang kian membesar dan akhirnya lysis (pecah).

Percobaan pertama gagal, karena alat tersebut justru mempercepat proses kerusakan susu. Perbaikan terus dilakukan, hingga pada tahun 2011, peralatan canggih tersebut terbukti efektif menonaktifkan 99% bakteri jahat yang ada pada susu tanpa merusak kandungan protein dan nutrisi.

Pasteurisasi metode pulsed electrical tersebut mampu mengurangi tingkat kerusakan yang pada pasteurisasi thermal bisa mencapai 50%. Perubahan warna menjadi kecoklatan pada pasteurisasi thermal juga tidak terjadi, susu tetap tampil segar seperti pada awal diperah. Keuntungan lain adalah harga unit alat Pasteurisasi metode pulsed electrical juga jauh lebih murah. Daya listrik yang digunakan juga cukup rendah, yaitu hanya 90 watt saja.

Proses penggunaannya pun tergolong cepat. Jangka waktu proses kejut listrik bergantung dari kapasitas susu yang sedang dipasteurisasi. Dengan kapasitas 5 liter hanya membutuhkan waktu 5 menit saja. Susu hasil perahan yang di-treatment dengan alat tersebut, bisa tahan 3-4 hari pada suhu ruang tanpa ditambahkan pengawet apapun. Jika menggunakan pendingin, bisa bertahan 3-6 bulan.

Sejak itu, peralatan canggih yang diberi nama SULIS alias Susu Listrik atau "Milk Electricity" tersebut mulai dikenal oleh para peternak di Malang dan terus menyebar ke peternak lainnya dari mulut ke mulut ataupun media sosial. 

Tampilan alatnya tergolong sederhana, berupa sebuah tabung stainless steel berukuran 100 liter susu, yang dirangkai dengan kotak persegi elektro di atasnya. Di kotak itu, ada tombol-tombol yang fungsinya sebagai daya, pengaduk, timer elektrik, dan yang terpenting; kejut listrik. 

Harga jualnya cukup terjangkau oleh peternak, SULIS dengan kapasitas 100 liter dipasarkan dengan harga Rp12 juta. Untuk memudahkan peternak mendapatkan alat tersebut, Hadi kemudian mendirikan sebuah perusahaan yang diberi nama PT MaxZer atau Maximum Sterilizer di di Jl. Karya Barat 21, Malang.

Inovasi teknologi Susu Listrik ini merupakan pertama dan satu-satunya di Indonesia. Saat ini, SULIS telah diproduksi secara massal mulai dari kapasitas 5 liter hingga 3.000 liter dan sudah dijual hingga ke seluruh daerah di Indonesia dan mancanegara. 

Berkat penemuannya, Hadi sempat diundang oleh Universitas Tokyo, Jepang. Hak patennya pernah ditawar 60 milliar rupiah, oleh salah satu investor dari negeri Sakura tersebut. Namun, kecintaannya pada Indonesia membuat Hadi tetap mempertahankan SULIS sebagai produk asli Indonesia. 

Saat ini, SULIS sedang dalam proses sertifikasi Badan Standardisasi Nasional (BSN), untuk mendapatkan SNI dari BSN. Tidak hanya mengembangkan SULIS, Hadi, bersama timnya juga telah memproduksi mesin-mesin turunan produk susu seperti mesin produksi keju, yoghurt, dan juga sabun susu. Termasuk membuat SULIS portable untuk Ibu menyusui. Alat ini  diharapkan bisa membantu para Ibu menyusui untuk mengawetkan ASI.

Hadi Apriliawan, telah menerima beberapa penghargaan yaitu medali emas pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) XXIII tahun 2010 di Bali. Dan apresiasi SATU Indonesia Awards pada tahun 2015. Perusahaan multi nasional Astra, secara konsisten juga memberikan support dan bantuan pada Hadi dalam proses pengembangan SULIS, salah satunya dengan promosi sampai tingkat nasional, sehingga berhasil meningkatkan profit mulai dari penjualan mesin ataupun produk susu. 

SULIS terbukti telah memberikan banyak manfaat dalam membantu meningkatkan kesejahteraan peternak sapi perah hingga membuat mereka lebih mandiri dalam pengolahan susu yang dihasilkan.

Sumber:

  • luckycaesar.com
  • kbr.id

Nilgai, Sapi Biru Nan Suci dari India

Jenis sapi apa yang anda kenal? Sapi Limousin, Brahma, Simental, atau Sapi Madura? Nama sapi-sapi tersebut sudah cukup familiar di telingan orang Indonesia, terlebih di kalangan peternak dan petani. Namun, pernahkah Anda mendengar tentang Sapi Biru dari India? Seperti apa ya kira-kira sapi biru itu? Dikenal dengan nama Nilgai, nama hewan ini diambil dari perpaduan bahasa Urdu dan Hindi. Nil berarti biru dan Gai berarti sapi. Secara harfiah Nilgai pun disebut sebagai Sapi Biru. Baca selengkapnya...

Susah Melahirkan Akibat Broyong, Seekor Sapi Harus Jalani Operasi Caesar

Broyong atau dalam bahasa ilmiahnya Prolapsus uteri, adalah sebuah kondisi dimana rahim (uterus) ternak betina keluar dari tubuh (pembalikan uterus) pada saat ternak betina tersebut merejan. Kondisi ini akan selalu berulang kecuali dengan penanganan yang cermat. Pada beberapa kasus broyong, mukosa uterus keluar dari badan melalui vagina secara total, ada pula yang hanya sebagian. Akibat broyong, seekor sapi di Purwakarta dengan tinggi 120 sentimeter dengan bobot kehamilan mencapai 330 kilogram… Baca selengkapnya...

Anakan Sapi Aneh di Indonesia: Dari Kepala Dua Hingga Mirip Kucing Persia

Warga Dusun Ajang Matekko, Desa Lebbae, Kecamatan Ajangale, Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel) dihebohkan dengan lahirnya anakan sapi berkepala dua, Minggu (23/6). Namun anak sapi aneh ini kemudian mati setelah dilahirkan. Menurut keterangan warga setempat, Jamal sebagaimana dilansir detikcom, induk anak sapi tak lazim itu sudah lemas dan dia bersama para tetangga menarik anakan sapi itu dari perut induknya. Baca selengkapnya...