RAGAM INFORMASI

TENTANG DUNIA PERSAPIAN

Manajemen Proyek Bisnis Pengadaan Anakan Sapi Perah (Pedet)

Tak hanya tata cara pemeliharaan, pakan dan jenis kandang termasuk faktor-faktor yang harus diperhitungkan sebagai bagian dari manajemen proyek bisnis pengadaan anakan sapi perah.Pemeliharaan anak sapi perah (pedet) merupakan kunci keberhasilan peternakan sapi perah. Maka, anakan yang sehat akan tumbuh menjadi indukan yang baik pula. Hal yang akan menjaga produktivitasnya dalam menghasilkan susu

Ada beberapa faktor yang menjadi fokus dari manajemen proyek bisnis anakan sapi perah, antara lain:

1. Jenis Kandang

Ada 2 jenis kandang yang digunakan untuk pemeliharaan pedet. Perbedaan jenis kandang ini bertujuan untuk menjaga agar pertumbuhan dan perkembangan anak sapi perah tidak terganggu. Kedua jenis kandang ini mempunyai fungsi yang berbeda.

  • Kandang Individu; Kandang ini dibuat untuk pedet yang masih berusia muda, yakni usia 0 sampai maksimal 8 minggu. Tujuan penempatan anak sapi perah ini secara individu adalah menghindari penularan penyakit, karena jika digabungkan pedet rentan sakit. Ukuran kandang harus disesuaikan dengan tubuh pedet. Biasanya ukuran yang digunakan adalah 0,7 sampai 1 m untuk panjangnya, sedangkan lebarnya mencapai 1,8 m. Kandang dibuat bersekat dengan tinggi 1 m. Bahan yang digunakan untuk kandang adalah kayu atau bambu meski kadang juga menggunakan besi. Peternak harus memastikan bahwa kandang tidak memiliki bagian yang tajam dan berpotensi melukai tubuh pedet.
  • Kandang Kelompok; Jika telah berusia lebih dari 8 minggu, pedet dapat dipindahkan ke kandang kelompok. Kandang jenis ini harus mempunyai tempat pakan dan minuman masing-masing. Meski ditempatkan secara berkelompok, dalam satu kelompok kandang tidak boleh ditempati lebih dari 4 ekor pedet. Dalam membuat kandang kelompok, peternak dapat menggunakan patokan 1 m per ekor untuk pedet berusia 4 sampai 8 minggu. Tetapi jika telah berusia hingga 12 minggu, maka ukurannya adalah 1,5 m per ekor. Tinggi kandang dibuat rata, yakni 1 m saja.

2. Kebutuhan Pakan dan Minum

Anak sapi perah yang baru lahir memiliki ketahanan tubuh yang sangat rendah. Asupan makanan yang paling dibutuhkannya adalah kolostrum. Pada faktanya, tidak semua induk sapi yang baru melahirkan mampu menghasilkan kolostrum, di sisi lain ada beberapa indukan yang menghasilkan kolostrum dalam jumlah yang melimpah. Kondisi ini dapat dimanfaatkan oleh peternak.

Pedet tidak harus mendapatkan kolostrum dari induk kandungnya, melainkan bisa dari induk sapi perah lainnya. Perlu diketahui, bahwa perut pedet ketika lahir belum berfungsi optimal. Untuk itu, pedet memerlukan asupan susu segar.

Pemberian susu segar disesuaikan dengan bobot tubuhnya. Dosisnya berkisar antara 8 sampai 10% dari bobotnya ketika baru lahir. berikan jumlah tersebut secara rutin, jangan sampai berlebih. Selain susu, pedet juga harus mengonsumsi pakan kering seperti, biji-bijian.

Susu segar dapat digantikan dengan milk replacer. Namun, perlu diwaspadai, terkadang pemberiannya justru menyebabkan pedet lambat mengalami dewasa kelamin. Dampaknya, pedet menjadi kegemukan.

Minum air bersih dengan jumlah yang cukup juga sangat berpengaruh pada kecepatan perkembangan pedet. Tetapi jika air diberikan secara berlebihan, dapat berpotensi memicu terjadinya diare. Pemberian rumput bertekstur halus hanya untuk menstimulasi dan mengenalkan pedet akan pakan serat. Konsumsi rumput dalam jumlah banyak diperkenankan apabila pedet telah disapih. Usia yang tepat untuk menyapihnya adalah pada 2 bulan atau saat bobotnya lebih dari 60 kg.

3. Manajemen Proyek Perawatan Pedet

Setelah dilahirkan pedet harus langsung dipastikan apakah dia telah mampu bernapas. Peternak dapat membantu proses ini dengan membersihkan lendir yang mungkin menyumbat mulut dan hidungnya. Kemudian, lendir yang meliputi tubuh pedet akan dibersihkan dengan jilatan dari induknya.

Peternak perlu ekstra perhatian terhadap pedet. Karena anak sapi perah tidak serta-merta bisa menyusu pada induknya. Maka, peternak dapat menggunakan alat khusus berupa botol yang diberi selang karet pada bagian mulutnya.

Beternak sapi perah membutuhkan ketelatenan, apalagi jika anda menjalani bisnis pengadaan anak sapi, memerlukan manajemen proyek yang baik.  Karena, anak sapi perah tentu memerlukan perhatian lebih dibandingkan sapi perah dewasa. Namun, proses ini akan tergantikan ketika pedet tumbuh menjadi sapi perah yang unggul dan bisa dijual dengan harga mahal.

Baca juga: Harga Sapi Perah Dan Cerita Tentang Keju Mozarella Khas Malang. Klik disini

Miliki Tubuh bak Binaragawan, Apa Keistimewaan Sapi Belgian Blue?

Asal-muasal serta keistimewaan Sapi Belgian Blue belum banyak terdengar gaungnya di Tanah Air. Usia kedatangan jenis sapi superior asal Belgia ini ke Indonesia, memang baru menginjak delapan tahun. Sehingga, potensinya masih asing bagi kalangan awam. Baca selengkapnya...

Sapi Dapat Hidup Hingga Usia Berapa Tahun?

Sapi perah adalah jenis sapi yang dikembangbiakkan secara khusus karena kemampuannya dalam menghasilkan susu dalam jumlah besar. Pada umumnya, sapi perah termasuk dalam spesies Bos taurus. Pada awalnya, manusia tidak membedakan sapi penghasil susu dengan sapi potong. Apapun jenisnya, seekor sapi dapat digunakan untuk menghasilkan susu (sapi betina) maupun daging (umumnya sapi jantan). Baca selengkapnya...

Memilih Model Kandang Sapi Perah Yang Cocok Dengan Cuaca Di Indonesia

Akhir-akhir ini, cuaca di Indonesia semakin gerah. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kondisi tersebut secara meteorologis disebabkan suhu udara yang meningkat disertai dengan kelembapan udara yang tinggi. Berdasarkan pencatatan meteorologis yang dilakukan BMKG, suhu tertinggi terjadi di Sentani, Papua. Baca selengkapnya...

Obat Murah Meriah Untuk Sapi Mencret

Cara mengatasi sapi yang terkena penyakit, yang harus dilakukan pertama kali adalah menghilangkan penyebab penyakit dan mengatasi efek yang ditimbulkan. Contohnya adalah Diare, penyakit yang membuat sapi menjadi sering buang air besar dengan kondisi tinja yang encer atau berair (mencret). Diare pada sapi umumnya disebabkan oleh beberapa faktor fisiologis berupa perubahan lingkungan ternak, yang meliputi: perubahan pakan, perpindahan ternak, perubahan cuaca, dan pergantian pemeliharaan. Baca selengkapnya...