RAGAM INFORMASI

TENTANG DUNIA PERSAPIAN

Program Desa Korporasi Sapi, Apa Manfaatnya Bagi Peternak?

Program Desa Korporasi Sapi (DKS) adalah pengembangan kawasan peternakan berbasis korporasi peternak yang dicetuskan oleh Kementerian Pertanian sejak 2020. Dimulai  dengan 5 (lima) lokasi, yaitu: NTT, NTB, Sulawesi Selatan, Lampung dan Jawa Timur, kemudian berkembang menjadi sembilan lokasi pada 2021.

Yaitu kawasan  Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh, Kabupaten Solok Selatan Provinsi Sumatera Barat, Kabupaten Penajam Paser Utara Kalimantan Timur, Kabupaten Sidenreng Rappang Sulawesi Selatan, Kabupaten Cianjur Jawa Barat, Kabupaten Kediri Jawa Timur, Kabupaten Boyolali Jawa Tengah, Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan, dan Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah.

Program Desa Korporasi Sapi (DKS) mentransformasi kelembagaan yang awalnya berbasis kelompok menjadi kelembagaan korporasi yang tersentra dalam 1 (satu) kawasan, berskala ekonomi dan terintegrasi hulu hingga hilir, serta berorientasi profit untuk meningkatkan kesejahretaan peternak di dalamnya.

 

Manfaat Program Desa Korporasi Sapi (DKS) Bagi Peternak

Jika peternak sebelumnya melakukan pemeliharaan sendiri di rumah, dengan program DKS peternak  menjadi dalam satu wadah kelembagaan yang terstruktur yang bermanfaat, yaitu: 

  • Peternak dapat memperoleh layanan kesehatan hewan dan layanan reproduksi ternak dengan lebih intensif karena memudahkan petugas dari Dinas dalam pemantauan di satu lokasi.
  • Mudah mengakses pembiayaan dari perbankan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) kerja sama dengan offtaker,
  • Peternak ini akan diberikan fasilitas sarana pengolahan kotoran ternak menjadi pupuk cair dan pupuk padat, serta pemanfaatan limbah sebagai biogas sebagai sumber energi alternatif dari Kementerian Pertanian
  • Peternak memperoleh bimtek untuk penyediaan pakan ternak.
  • Penjualan ternak lebih terkoordinir,  sehingga memperoleh harga jual yang lebih baik melalui offtaker-nya.

Harapannya, dengan Program Desa Korporasi Sapi (DKS), pasokan daging sapi di dalam negeri akan meningkat. Sebagai contoh Program Desa Korporasi Sapi (DKS) yang telah berhasil ada  di Pejaman Paser Utara Kalimantan Timur. Jumlah peternak yang tergabung sebanyak 194 orang. Sebagai wadahnya, para peternak di daerah ini telah membuat korporasi yang diberi nama  Koperasi Jasa Babulu Brahman Jaya sejak 4 Januari 2022.

dibentuk sejak 4 Januari 2022, Koperasi Jasa Babulu Brahman Jaya, sukses menambah populasi sapi indukan. Posisi per tanggal 20 April 2022, yang semula 500 ekor telah beranak 22 ekor dan bunting 69 ekor. Untuk perkembangan ternak bakalan, peternak sudah menjual 138 ekor sapi bakalan.Dari sapi  bakalan yang dijual tersebut, telah dilakukan pembelian/replacement 36 ekor dan sisanya masih dalam proses pencarian ternak pengganti.

Para anggota korporasi juga telah memiliki lahan untuk penanaman tanaman pakan ternak di masing-masing kelompok. Korporasi juga tengah proses penyusunan Perjanjian Kerja Sama dengan PT.  Sumber Bunga Sawit Lestari untuk mengakses bungkil inti sawit 1 (satu) ton per pengambilan untuk pakan ternak.

Kelompok ini juga terus didorong untuk memanfaatkan kotoran ternak agar diolah menjadi biogas dan pupuk organik, baik pupuk cair maupun kompos karena sarana prasarananya sudah difasilitasi oleh Kementerian Pertanian.

Program Desa Korporasi Sapi (DKS), nantinya akan diterapkan ke seluruh Indonesia sesuai potensi daerah. Pasalnya, program ini bisa membantu mencapai target penambahan populasi ternak dan mencukupi pemenuhan protein hewani bagi masyarakat.

Sapi Belgian Blue Harganya Berapa?

Sejak beberapa tahun lalu pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertanian (Kementan) berupaya mengembangbiakkan sapi berjenis belgian blue. Sapi satu ini disebut-sebut termasuk jenis sapi unggul dengan harga jual yang tinggi. Sapi belgian blue merupakan sapi yang berasal dari Belgia Tengah, Belgia. Sapi Belgia adalah hasil proses panjang kawin silang dan “selective breeding” selama hampir 200 tahun dari pengembangan hasil “cross breeding” sapi Durham Shorthorn dari Inggris dan Friesian… Baca selengkapnya...

Mengenal Sapi Simental yang Jadi Primadona di Indonesia

Sapi Simental – Di Indonesia terdapat banyak macam sapi yang dibudidayakan. Baik untuk sapi pedaging atau sapi perah. Salah satu jenis sapi yang cukup terkenal di kalangan peternak adalah sapi Simental. Baca selengkapnya...

Waspadai Sesak Nafas Akut Pada Sapi

Sapi yang mengalami sesak napas akut besar kemungkinan terkena penyakit Infectious Bovine Rhinotracheitis (IBR). Penyakit menular ini banyak menyerang ternak sapi, baik sapi potong maupun sapi perah. Sapi yang terkena IBR ini biasanya mengalami demam tinggi (sekitar 42 derajat Celsius), nafsu makan menurun, hipersaliva, produksi air susu menurun (pada sapi perah), dan penurunan berat badan yang drastis. Baca selengkapnya...

Gejala Dan Penanganan Broyong (Prolapsus Uteri) Pada Sapi

Gangguan reproduksi yang umum terjadi pada sapi diantaranya prolapsus uteri (Broyong) yang sering terjadi pada umur kebuntingan tua. Apabila gangguan reproduksi ini tidak dapat tertangani maka dapat menyebabkan kerugian ekonomi pada usaha peternakan. Baca selengkapnya...

Penyakit Demam Tiga Hari Pada Sapi, Meski Ringan Namun Merugikan

Nyamuk ternyata tidak hanya mengisap darah manusia, tetapi juga hewan ternak seperti sapi. Tak sekedar mengisap darah, nyamuk tersebut juga menularkan Penyakit Demam Tiga Hari pada sapi, atau dalam Bahasa ilmiahnya disebut sebagai Bovine Ephemeral Fever (BEF), dan dalam Bahasa Inggris sebagai Three Days Sickness. Banyak juga peternak yang menggunakan istilah gomen untuk menyebut penyakit ini. Meski tidak terlalu berat, penyakit ini dapat membuat kerugian cukup besar pada peternak sapi, karena… Baca selengkapnya...
  • Bali Cattle National Asset that Needs to be Preserved

    The government needs to increase the population and productivity of Bali cattle, a national asset other countries do not have, an expert has said. The Bogor Agricultural Institute’s (IPB) animal husbandry professor Ronny Rachman Noor said on Thursday that Bali cattle had often been undervalued by the government because they were local livestock.