Tidak seperti penyakit Jembrana yang menyerang sapi Bali yang merupakan sapi lokal, penyakit IBR ini menyerang semua ternak sapi, baik lokal maupun impor (bahkan menyerang sapi liar di luar peternakan sapi). IBR juga ditemukan juga pada babi dan kambing.
Penyakit IBR disebabkan oleh virus Bovine Herpesvirus-1 (BHV-1) yang merupakan kelompok Herpes. Virus BHV-1 merupakan virus yang berukuran cukup besar dan memiliki inti DNA dengan serabut ganda. Virus ini mampu hidup pada suhu minus 60 derajat Celsius dan menyukai bagian tubuh yang bersuhu rendah seperti organ pernafasan, ginjal, dan organ reproduksi.
Virus penyebab sesak nafas akut ini memiliki masa inkubasi 2-3 hari, baik yang menyerang saluran pernapasan maupun yang menyerang saluran reproduksi. BHV-1 dapat hidup dalam tubuh hewan hingga 17 bulan. Berdasarkan gejala klinisnya, virus BHV-1 memiliki 2 subtipe, yakni subtipe 1 dan subtipe 2. Virus BHV-1 subtipe 1 berhubungan dengan sistem pernapasan, sedangkan subtipe 2 berhubungan dengan sistem reproduksi.
Serangan virus BHV-1 ini sebenarnya tidak mengakibatkan kematian. Namun infeksi dari BHV-1 ini dapat menyebabkan infeksi sekunder yang menyebabkan sesak nafas akut, pneumonia, keguguran, dan akhirnya kematian pada sapi. Penyebaran penyakit IBR ini sendiri dimungkinkan terjadi dengan cara horizontal ataupun vertikal.
Penyebaran secara horizontal terjadi melalui kontak seksual, inseminasi buatan, dan udara. Sedangkan penyebaran secara vertikal terjadi melalui plasenta. Selain itu, IBR dapat menular secara langsung melalui membran saluran pencernaan dan pencernaan hewan.
Penularan melalui Membrana Mukus ini dapat terjadi melalui sekresi yang dikeluarkan (seperti dahak, cairan hidung, dan air mata) oleh sapi yang sakit dan langsung menulari sapi yang sehat. Gejala penyakit IBR dapat terlihat dalam beberapa bentuk, di antaranya bentuk pernapasan dan bentuk genital.
Gejala penyakit IBR dari sisi pernapasan ditandai dengan:
- Kenaikan suhu tubuh yang tinggi (42 derajat Celsius)
- Keadaan sapi yang tampak lesu
- Hipersaliva (sekresi liur di atas kewajaran)
- Pada sapi perah, jumlah susu berkurang drastis (bahkan berhenti sama sekali)
- Terkadang ditemukan radang pada hidung, sinus, dan tenggorokan.
- Terjadinya keguguran (biasanya terjadi di trimester terakhir).
Gejala penyakit IBR dalam bentuk genital dideteksi ketika infeksi virus terjadi pada mukosa vagina dan vulva. Infeksi akut terjadi pada jangka waktu satu hingga tiga hari setelah koitus dengan memperlihatkan gejala yang beragam.
Sesak nafas akut pada sapi, dapat diobati dengan pemberian antibiotika yang memiliki spektrum luas, cairan elektrolit, dan vitamin. Untuk mencegah penyakit IBR ini, sapi harus diberikan vaksinasi dengan virus yang telah dimatikan.
Di Indonesia, vaksin untuk penyakit ini dibuat oleh BALITVET dengan dosis tunggal, yang artinya hanya diberikan sekali. Setelah pemberian vaksin yang pertama, sapi harus divaksin kembali di bulan berikutnya, masih dengan dosis tunggal. Barulah setelah itu, vaksin diberikan kembali di tahun berikutnya.
Setelah sapi sembuh, kekebalan dapat terbentuk untuk jangka waktu yang lama. Bagi anak sapi (pedet) yang mendapatkan kekebalan tubuh secara pasif (dari kolostrum), kekebalan yang terbentuk dapat bertahan hingga empat bulan.
Selain melakukan vaksinasi, hal lain yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit sesak nafas akut ini adalah menjaga kebersihan peternakan, terutama kebersihan dan sanitasi di dalam kandang.
Pemberian vitamin secara berkala dan antibiotik (untuk waktu pemberian antibiotik, hendaknya berdasarkan saran dokter hewan) juga dianjurkan demi menjaga imunitas sapi dan mencegah terjadinya infeksi sekunder.