Daging sapi mengandung protein yang akan melengkapi kebutuhan gizi manusia. Sebagai sumber protein hewani, daging sapi sudah seharusnya ada di menu makanan sehari-hari masyarakat Indonesia. Namun kenyataannya, hal ini tidak dapat dilakukan oleh hampir sebagian besar penduduk karena harganya yang cukup mahal.
Selain melakukan impor daging sapi, pemerintah juga melakukan usaha penggemukan sapi serta peningkatan populasi sapi. Salah satu upayanya ditempuh dengan memperbaiki sistem reproduksi ternak sapi melalui inseminasi buatan (IB). Seiring perkembangan zaman, teknologi IB telah dikenal secara meluas oleh peternak, baik sapi potong maupun sapi perah.
Dalam pelaksanaan upaya efisiensi reproduksi pada ternak sapi, seperti IB, peternak perlu memerhatikan manajemennya seperti memastikan benih bebas dari penyakit menular. Ada satu penyakit yang menyerang sistem reproduksi sapi jantan maupun betina yang berlangsung melalui perkawinan alami maupun kontak tidak langsung, yaitu Bovine Genital Campylobacteriosis atau biasa disebut dengan vibroiosis.
Untuk kontak tidak langsung, terjadi saat semen dari sapi jantan penderita digunakan dalam pelaksanaan inseminasi buatan. Bakteri Campylobacter feotus penyebab mandul pada sapi, berbentuk spiral dan termasuk bakteri gram negatif. Bakteri ini dibedakan menjadi 3 subspesies yakni C.fetus, C.fetus intestinalis, dan C.fetus jejuni. Dari ketiganya, hanya C.fetus yang sering ditemukan pada ternak sapi dan menyebabkan keguguran.
Campylobacter sp. tidak bertahan hidup lama di bawah sinar matahari dan terkena disinfektan. Selaput lendir alat kelamin sapi betina, kulup sapi jantan beserta semennya menjadi habitat yang sangat disukai bakteri Campylobacter.
Bakteri yang menginfeksi sapi tidak mengakibatkan daya rusak mencolok di jaringan tubuh penderitanya. Dengan demikian, pemillik peternakan sapi mungkin saja baru mengetahui adanya infeksi ini ketika ditemukan hewan yang telah mati.
Gejala Penyakit Penyebab Keguguran Pada Sapi
Pemeriksaan secara berkala perlu dilakukan untuk menemukan gejala awal vibriosis seperti:
- Infertilitas atau ketidaksuburan; Ditandai dengan catatan inseminasi sapi betina yang kawin berulang namun tidak terjadi pembuahan. Selain itu juga melihat tingkat kehamilan sapi betina, jika rendah, maka sapi tersebut bisa dicurigai menderita Bovine Genital Campylobacteriosis.
- Terjadi keguguran pada usia muda saat sapi bunting. Tidak hanya itu, beberapa kasus menunjukkan adanya peradangan ringan pada endometrium sapi.
- Calving internal; Tanda yang muncul berupa siklus estrus yang tidak teratur.
Dari sekian gejala awal yang terlihat di sapi betina, hal itu tidak berlaku bagi sapi jantan. Pejantan yang bertindak sebagai pembawa (carrier) penyakit penyebab keguguran, tidak menunjukkan gejala apapun, bahkan hewan ini tampak sehat. Deteksi vibriosis baru terlihat jika alat reproduksi pejantan diperiksa di laboratorium untuk kemudian diisolasi.
Pengobatan Penyakit Penyebab Keguguran Pada Sapi
Pengobatan sapi penderita Bovine Genital Campylobacteriosis dilakukan dengan memberi antibiotik, yaitu penstrep dan streptomisin dengan cara injeksi serta infuse intra-uterine pada sistem reproduksinya.
Antibiotik ini dilakukan satu kali setelah ditemukan gejala awal dan diberikan kembali sebelum memasuki musim kawin. Namun mengingat kemunculan tanda awal tidak terlihat dengan mudah, upaya pencegahan lebih baik dilakukan oleh pemilik peternakan.
Penyakit Penyebab Keguguran Pada Sapi Dapat Dicegah
Pencegahan dilaksanakan dengan memberi vaksin pada sapi sehat. Tidak hanya itu, pelaksanaan inseminasi buatan juga harus bersih atau bebas penyakit. Pemeliharaan hewan ternak memang tidak cukup pada pemberian makanan saja, namun juga kebersihan kandang serta pemeriksaan kesehatan secara berkala. Dengan demikian, pertumbuhan hewan ternak di Indonesia semakin pesat demi memenuhi standar gizi masyarakat.